Bergota Semarang

Hai! 

Semoga Teman Jalan selalu sehat, ya!

Mengawali tahun 2022 dengan jalan-jalan pagi ke Bergota, sebenarnya ini rute terbaru dari Bersukariawalk di tahun 2021 tapi baru ikut sekarang alasannya karena lagi pingin jalan-jalan aja, sebelumnya memang belum mood. Bukan tipe pengikut Bersukariawalk yang harus semua rute diikuti, kalo lagi pingin jalan-jalan, ya, ikut, kalo tidak, tidak. 😁

Jalannya nanjak karena mendaki gunung lewati lembah, hehe, naik-turun bukit yang tinggi. Bersyukur pernah tinggal di Lembang jadi udah terbiasa jalan kaki naik-turun bukit, memang ada capeknya tapi tidak sampai yang kelelahan luar biasa. Berkeringat sudah pasti tapi lumayan seru di rute ini karena belajar tentang sistem sosial masyarakat.

Semarang Walking Tour
Bergota Semarang

Rute: titik temu di Museum Mandala Bakti ➝ Katedral Semarang ➝ Yayasan Pangudi Luhur (PL) Sekolah Dominico Savio ➝ Yayasan Pangudi Luhur (PL) Sekolah Gunung Brintik ➝ Makam Nyai Brintik ➝ Bukit Bergota ➝ Kampung Pelangi ➝ Rumah Singgah Sehati ➝ Taman Kasmaran ➝ titik akhir Microlibrary Semarang

Seperti biasa saya hanya ambil beberapa tempat saja yang menurut saya memiliki latar belakang yang menarik. Yuk, kita jalan-jalan!

Sekolah Gunung Brintik

Nama resmi dari sekolah ini adalah sekolah PL Servatius Gunung Brintik tapi masyarakat lebih mengenalnya dengan sekolah Gunung Brintik karena memang lokasinya berada di bukit Brintik. Sekolah ini memiliki akses gratis biaya pendidikan bagi anak-anak warga Gunung Brintik, anak-anak masyarakat umum juga dapat bersekolah di sini.

Gedung sekolah ini mengikuti kontur perbukitan sehingga ada gedung yang terpisah dari gedung utama sekolah. Murid-murid yang mendapat giliran naik kelas juga harus lewat menapaki jalur naik bukit Brintik.

Salah satu bangunan sekolah mengikuti kontur bukit
Foto: dokumentasi pribadi

Guru-guru sekolah Gunung Brintik juga berasal dari sekolah PL Dominico Savio, di mana para guru secara bergiliran mengjar di sekolah Gunung Brintik. Walau berada di bukit dan akses gratis biaya pendidikan, kualitas kegiatan pendidikannya tidak kalah dengan sekolah lain pada umumnya bahkan murid-murid diajarkan keterampilan kerajinan tangan seperti tasbih atau rosario dan kerajinan tangan lainnya. Sekolah Gunung Brintik berada di bawah naungan yayasan Katolik namun 90% muridnya beragama Islam. Mereka difasilitasi juga dengan mata pelajaran dan guru Pendidikan Agama Islam. Uniknya lagi, murid-murid di sekolah ini tidak mengenakan seragam sekolah formal seperti sekolah lain pada umumnya.

Dengan berbagai keunikan pendidikan yang diberikan yayasan PL pada Sekolah Gunung Brintik, ini menandakan bahwa pendidikan dapat diakses semua lapisan masyarakat dan setiap anak memiliki hak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan tidak hanya sebatas pada seragam formal, tanpa seragam formal pun anak-anak juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

Makam Nyai Brintik

Bangunan Makam Nyai Brintik
Foto: dokumentasi pribadi

Nyai Brintik adalah salah satu tokoh yang dikeramatkan di bukit Bergota, dikatakan turun-temurun oleh masyarakat Gunung Brintik sebagai orang sakti namun Sunan Kalijaga menjadi salah satu tokoh yang dapat mengalahkan kesaktian Nyai Brintik. Keberadaan makam ini tidak diketahui secara pasti sejak kapan telah ada di Gunung Brintik, bahkan mengenai kapan kelahiran dan kematian Nyai Brintik pun tidak diketahui dengan pasti. Banyak orang yang datang ke makam ini untuk meminta berkah dan banyak juga yang telah membuktikan bahwa mereka mendapat berkah dan terkabulnya permintaan mereka.

Ngomong-ngomong, maaf, ya, saya fotonya tidak penuh satu bangunan karena gangnya sempit, jika saya mundur beberapa langkah lagi saya sudah masuk bagian depan rumah warga. Saya juga mau cerita di unggahan kali ini mengenai kegiatan sosial program wayangan cerita anak-anak bagian dari program FSP SOS Children's Village Semarang di Gunung Brintik. Panggung wayangan tepat di depan bangunan Nyai Berintik (makam ada di sebelah kiri panggung), bapak saya sendiri yang menjadi dalang (pendongeng) wayang cerita anak-anak 😁. Warga berusia dewasa membantu pemasangan geber wayang dan anak-anak Gunung Brintik sendiri antusias menonton wayang cerita anak-anak yang baru pertama kali mereka lihat di Gunung Brintik.

Menurut bapak, semakin malam akan terlihat bagaimana interaksi sosial khas perkampungan di Gunung Brintik dan bagaimana mereka hidup atau berkegiatan berdampingan dengan permakaman bahkan teras rumah seorang warga ada satu makam. Itu sudah menjadi hal biasa bagi para warga yang tinggal di Gunung Brintik.

Cerita tentang wayang cerita anak-anak untuk warga Gunung Brintik dapat kalian baca Wayang Edukasi Ramaikan Perayaan Hari Anak Nasional.

Bukit Bergota

Bukit Bergota dan Kampung Pelangi
Foto: dokumentasi pribadi

Bukit Bergota terkenal sebagai pemakaman umum yang padat. Kok bisa, ya, pemakaman ada di atas bukit? Karena adanya kepercayaan masyarakat pada jaman Hindu dan Budha bahwa bukit atau gunung adalah tempat bersemayamnya dewa atau Tuhan, ada juga yang mengatakan bahwa semakin tinggi makam atau candi maka akan semakin dekat dengan dewa atau Tuhan karena dewa atau Tuhan berada di langit. Bergota tidak hanya pemakaman umum, lho, ada komplek makam pahlawan selain Taman Makam Pahlawan di Jl. Pahlawan.

Menurut sumber yang digali Bersukariawalk, Bergota adalah awal mula Kota Semarang karena daerah lain masih berupa laut. Hal ini juga yang menguatkan cerita tentang Cheng Ho pada tahun 1400an dengan kapalnya yang bersandar di Sam Poo Kong. Dengan kondisi kontur laut yang dangkal besar kemungkinan kapal besar Cheng Ho tidak bersandar di Sam Poo Kong karena pada tahun 1400an kontur kota Semarang masih dalam proses sedimentasi tanah selama +/-600 tahun. Logikanya, kapal besar membutuhkan laut yang dalam, lalu bagaimana bisa kapal Cheng Ho bersandar di Sam Poo Kong dengan kontur laut yang dangkal pada proses sedimentasi tanah?. Perlu penelitian lebih lanjut lagi untuk mendukung atau mematahkan teori yang sudah ada.

Proses sedimentasi tanah ini juga menurut mas Fauzan, story teller Bersukariawalk, dikuatkan dengan ditemukannya fosil-fosil kerang di sekitar rumah warga di daerah bawah Bergota dan ditemukan di area basement Hotel Tentrem saat proses pembangunan.

Kalau ikut Bersukariwalk di rute-rute tertentu memang kita diajak menghubungkan titik-titik cerita antar rute atau sama-sama berpikir (bagi yang suka penelitian atau teka-teki) mana teori yang benar. Bagi yang suka jalan-jalan saja, ya, tidak apa-apa jadi lebih tahu cerita tentang latar belakang suatu tempat atau objek di Semarang.

Saran untuk Teman Jalan yang mau ikut rute Bergota lebih baik ambil dulu rute Candi Baru dan Radja Goela untuk latihan rute dengan jalan naik-turun bukit.

Jika ingin cerita tentang pemakaman tersembunyi di atas bukit Teman Jalan bisa ikut rute Pleburan. Ingin latihan rute jalan naik-turun bukit silakan ikut rute Candi Baru dan Radja Goela. Ingin mengetahui sosok Cheng Ho bisa ikut rute Pecinan lebih baik ambil jadwal private, hehe. Mungkin ada yang mau berkunjung dan berkegiatan dengan anak-anak SOS Children's Village Semarang juga boleh, lho 👍

Terima kasih sudah jadi story teller tanggal 2 Januari 2022, mas Fauzan.

Mas Fauzan, story teller Bersukariawalk
Foto: dokumentasi pribadi


Yuk, jalan-jalan naik-turun bukit dengan banyak cerita!


Speak Yourself
💜

Komentar