Liburan Sendiri di Bali (1)
Hai, Teman Jalan!
Semoga kalian selalu menjaga kesehatan di masa stay at home ini, ya!
Saya menulis mengenai liburan saya di Bali pada tahun 2016, haha, sempat bersih-bersih laptop menemukan draft ini yang saya tulis dan tersimpan sejak tahun 2016. Saya bagi dalam dua postingan, ya 😁
BALI
Terbang dengan Garuda Indonesia dari bandara Ahmad Yani Semarang, pertama kali naik Garuda Indonesia pakai uang sendiri dan pertama kali terbang lagi setelah lima tahun tidak piknik overland. Senang? Pasti! Apalagi dapat tiket promo yang sesuai budget, hehe. Senyum terus sepanjang perjalanan. Sampai di Bali pukul 16.30 WITA, dijemput bli Kadek yang akan menemani saya selama dua hari di Bali.
Yuk, mulai jalan-jalan!
Brown Feather by The Gala Hotel
Tiba di hotel daerah Petitenget, Seminyak, sekitar pukul 17.48 WITA. Pertama kali masuk ke hotel ini seperti rumah sendiri. Saya suka desain interior yang vintage dan suasananya nyaman banget. Jujur, hotel ini meninggalkan kesan yang baik bahkan sampai sekarang menjadi hotel yang sangat saya sukai, susah move on.
Awalnya sempat pesimis dengan ketersediaan kamar dengan balkon dan pemandangan sawahnya karena itu adalah kamar favorit. Setelah konfirmasi dengan pihak hotel melalui telepon dan chat FB, akhirnya saya bisa mendapatkan kamar tersebut dengan upgrade kamar. Wow jelas bahagia, kapan lagi dapat kamar itu kalau tidak deal sekarang, memang belajar untuk optimis dulu dari awal.
Booklet Brown Feather Hotel foto: dokumentasi pribadi (2016) |
Brown Feather Hotel foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Datang di hotel disambut resepsionis, saya diberi welcome drink. Di kamar telah disediakan peta lokasi restoran dan cafe sepanjang Batubelig serta kertas berisi aturan selama menginap di hotel. Bagi saya, mereka sangat informatif dalam membantu saya yang masih buta dengan daerah Batubelig.
Banyak teman yang menyayangkan saya menginap di daerah ini karena sepi dan jauh dari keramaian, justru itu yang saya cari karena saya bukan tipe 'tim hore' yang suka keramaian.
Sayangnya saat itu hujan jadi saya tidak bisa nongkrong di balkon karena balkonnya terbuka. Kasurnya benar-benar empuk dan nyaman untuk tidur. Toiletries lengkap tapi sabun dan sampo tidak boleh dibawa pulang karena dalam bentuk pump bottle, kalau ingin dibawa pulang Teman Jalan membelinya di depan meja resepsionis. Bagi saya, hotel ini memenuhi ekspektasi saya mulai dari pelayanan, kamar, sampai suasananya. Teman Jalan ingin hotel dengan suasana private saya rekomendasikan hotel ini.
Brown Feather Hotel foto: dokumentasi pribadi |
Restoran dan cafe mudah didapatkan sepanjang jalan Batubelig dari yang murah rasa tradisional sampai yang mahal jadi jangan khawatir tidak bisa makan. Bagi Teman Jalan yang tidak makan daging babi juga jangan khawatir karena semua restoran sudah memberi tanda peringatan tentang hal ini.
Setelah makan malam, saya ingin minum red wine untuk merayakan liburan, ternyata ada di bar sebelah hotel hanya selisih satu bangunan, namanya BOW (Bar of Wine) cukup mudah menemukan bar ini karena terletak di pinggir jalan dan eksterirornya yang nyentrik. Lumayan dapat sebotol wine dengan harga yang terjangkau. Di lantai satu ada ruangan terbuka untuk bermain game dengan teman dan sekadar nongkrong, lalu lantai atas ada restorannya.
Bar of Wine foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Bar of Wine foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Salah satu sudut Bar of Wine foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
.TEMU (Titik Temu)
Saya check-out hotel pukul 07.30 WITA, lebih pagi lebih baik. Saya tidak sarapan di hotel, memang dapat sarapan tapi saya lewatkan. Saya memilih sarapan di .TEMU (Titik TEMU) Seminyak untuk mencari menu selain daging dan tentu cari smoothies untuk sarapan pagi.
Tahu Titik TEMU dari Instagram, memang Instagram membantu sekali kalau ingin mencari tempat makan dan hangout yang lagi hits. Sampai di Titik Temu sekitar pukul 08.15 WITA, tempatnya tersembunyi di belakang toko baju makanya disebut hidden gem.
Depan Titik Temu foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Salah satu sudut Titik Temu foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Mushroom and Cheese Omelette foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Satu pertanyaan muncul, saya bertanya ke bli Kadek ada gak ya bus seperti TransJakarta, TransSemarang (BRT), atau bus Batik Solo kalau tidak salah di Bali ada bus Sarbagita tapi sepanjang perjalanan dari Seminyak tidak terlihat. Bali sendiri jarang sekali angkutan kota hanya ada angkutan desa. Menurut bli Kadek, bus Sarbagita itu ada taoi jarang lewat karena kurangnya armada bus tapi banyak membuka rute jadi tidak semua rute terpenuhi semua. Rentang waktu penumpang menunggu di halte juga tidak tentu, jadi hanya supir bus dan Tuhan yang tahu. Jadi rata-rata penduduk Bali mempunyai motor dan mobil pribadi untuk transportasi.
Desa Panglipuran
Tiket masuk Rp15.000 dan retirbusi parkir mobil Rp2.000. Saya tidak akan membahas apa itu Desa Panglipuran karena pasti sudah banyak yang membahas tentang desa ini. Saya suka desa ini karena rapi dan teratur, tidak ada sampah berserakan, dan suasananya tenang. Hutan bambu yang ada di desa ini bersih dan lagi-lagi tidak ada sampah.
Desa Panglipuran foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Hutan Bambu Desa Panglipuran foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Grand Puncak Sari, Kintamani
Grand Puncak Sari foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Saat Teman Jalan masuk restoran, Teman Jalan akan diarahkan ke meja yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan ingin di luar atau di dalam restoran. Saya beruntung mendapat meja kosong di luar ruangan jadi bisa sekaligus menikmati pemandangan Gunung Batur.
Pemandangan dari Grand Puncak Sari foto: dokumentasi pribadi (11/2016) |
Makanan yang disajikan banyak macamnya, tidak ada menu daging babi, bagi Teman Jalan yang menyukai sayur akan terpenuhi kebutuhannya karena banyak menu sayuran. Mau buah? Ada. Mau sate? Ada bermacam-macam. Mau minuman hangat atau dingin? Tinggal pilih. Semua yang Teman Jalan butuhkan ada di sini. Ingat, ambil makanan seperlunya dulu, jika masih lapar tinggal tambah lagi. Sayangnya saat itu banyak lalat, entah karena ruangnya terbuka atau makanan tertentu yang mengundang lalat. Kalau ada kesempatan ke Kintamani saya ingin makan siang lagi di sini.
Lanjut Liburan Sendiri di Bali (2)
Yuk, liburan!