Ngabuburit Radja Goela Asal Semarang

Guys!

Semoga tidak bosan dengan blog saya yang isinya cerita pengalaman ikutan walking tour. Kali ini ikut rute Radja Goela asal Semarang, sebenarnya sudah pernah ikut tahun 2016 tapi ikut lagi siapa tahu ada informasi terbaru yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Siapakah Radja Goela asal Semarang? Apa saja bisnis Radja Goela? Bagaimana manajemen perusahaan beliau? Tenang, saya akan berbagi cerita tentang Radja Goela di sini. Selain diambil dari pengalaman jalan-jalan, saya akan menyertakan juga sumber dari buku mengenai Radja Goela yang bisa kalian baca karena memang bukunya bagus untuk dibaca.

Jumat, 30 Mei 2019, maklum jalan-jalan begini saya harus menyesuaikan jadwal kuliah dan hari libur nasional. Peserta rute Radja Goela kali ini banyak jadi ada dua storyteller yang membagi kami dalam dua kelompok, saya ikut dalam kelompoknya mbak Tiwi lagi, hehehe. Ngabuburit menunggu buka puasa.

Penasaran, ya? Yuk mari~

Semarang Walking Tour

RADJA GOELA

Rute Radja Goela: Titik temu di Taman Indonesia Kaya ➝ Jalan Pahlawan ➝ Jalan Veteran ➝ Bekas ‘istana’ Radja Goela di Jalan Kyai Saleh ➝ Makam Ki Ageng Pandanaran di daerah Mugas ➝ berakhir di Taman Indonesia Kaya.

Seperti biasa saya ambil yang paling menarik dan menjadi fokus pada rute ini yaitu mengenai Radja Goela asal Semarang yaitu Oei Tiong Ham. ‘Oei’ dibaca ‘Ui’ karena masih menggunakan ejaan bahasa Belanda sehingga penulisannya menjadi ‘Oei’.

Oei Tiong Ham lahir pada tahun 1866 dari pasangan Oei Tjie Sien dengan Tjun Bien Nio. Oei Tjie Sien adalah pendatang dari Tiongkok, beliau melarikan diri dari Tiongkok disebabkan oleh situasi Tiongkok kala itu yang sangat tidak kondusif dengan adanya Pemberontakan Taiping.

Oei Tjie Sien tiba di Semarang tanpa berbekal harta benda, sehingga untuk bertahan hidup Oei Tjie Sien bekerja serabut mulai dari kuli dan berdagang kecil-kecilan seperti peralatan makan dari keramik. Apapun Oei Tjie Sien lakukan agar bisa bertahan hidup sampai akhirnya menikah dengan Tjun Bien Nio. Seiring berjalannya waktu, Oei Tjie Sien mampu mendirikan perusahaan bernama Kian Gwan, nama dagang “Kian Gwan” memiliki arti “Sumber Semua Kesejahteraan”.

Oei Tiong Ham

Oei Tiong Ham memiliki orientasi modern pada masanya, orientasi modern terhadap dirinya sendiri yang ingin berpakaian seperti orang Eropa dan pengelolaan perusahaannya yang ingin mengadaptasi perusahaan Eropa.

Pada tahun 1889 Oei Tiong Ham mengajukan permohonan agar bisa memakai pakaian seperti orang Eropa. Permohonan tersebut dikabulkan sehingga ia menjadi orang Tionghoa pertama di Semarang yang berpakaian seperti orang Eropa. Apakah beliau hanya menyandang status sebagai orang Tionghoa pertama yang memakai pakaian seperti orang Eropa? Tidak, beliau juga menyandang status sebagai orang Tionghoa pertama yang meninggalkan pemukiman orang Tionghoa (Pecinan) dan membangun rumah di atas tanah yang dibelinya sendiri di luar Pecinan. Selain itu beliau adalah orang Tionghoa pertama yang memotong taocangnya. Taocang adalah gaya rambut kepang bagi laki-laki seperti yang teman-teman lihat di film-film kungfu mandarin.

Pada masa itu, orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda tidak diijinkan berpakaian seperti orang Eropa walau dengan jas dan pantalon atau berpakaian lengkap, bagi yang melanggar akan dikenai hukuman. Bisa dibayangkan, ya, jaman dulu soal berpakaian saja diatur. Oei Tiong Ham bersikeras ingin memiliki kekayaan dari usahanya sendiri agar membebaskannya dari peraturan tersebut.

‘Istana’ Oei Tiong Ham

Istana? Istana seperti di Disney? Bukan, rumah Oei Tiong Ham disebut istana karena tanah tempat tinggalnya sangat luas dan rumahnya berupa paviliun-paviliun, sudah termasuk paviliun untuk pelayan rumah tangga dan para pekerja rumah lainnya. Rute kami dimulai di Jalan Pahlawan yaitu dari Kantor Gubernur Jawa Tengah sampai ke Mapolda Jawa Tengah, Dua lokasi itu dulunya adalah tanah milik Oei Tiong Ham yang diperkirakan sebagai halaman belakang rumah Oei Tiong Ham. Dulunya Jalan Pahlawan diberi nama Jalan Oei Tiong Ham.

Mapolda Jateng dulunya diperkirakan sebagai lokasi bekas kebun binatang pribadi milik Oei Tiong Ham, keren ya jaman dulu sudah punya kebun binatang pribadi. Menurut mbak Tiwi, masyarakat biasanya dibangunkan oleh kokok ayam tapi berbeda dengan masyarakat sekitar rumah Oei Tiong Ham yang setiap pagi dibangunkan oleh auman harimau. Binatang kesayangan Oei Hui Lan, putri kesayangan Oei Tiong Ham, adalah kanguru. Kanguru? Wow! Hanya Oei Tiong Ham yang memiliki kanguru di Semarang pada masanya bahkan beliau membeli daging kanguru impor langsung dari Autralia hanya untuk dimasak steak.

Dari Jalan Pahlawan belok ke Jalan Veteran, sepanjang perempatan Jalan Veteran sampai Jalan Kyai Saleh juga masih milik Oei Tiong Ham. Ada satu rumah kolonial di Jalan Veteran yang sekarang dijadikan resto Pesta Keboen, dulunya berupa bangunan besar dan milik salah seorang kaya Belanda, tapi sekarang hanya tersisa bangunan bagian depannya saja. Trotoar sepanjang Jalan Veteran juga unik karena dibuat berpori untuk meresap air sehingga mengurangi banjir jika hujan deras dan antiselip jika kita berjalan kaki.

Foto: dokumentasi pribadi

Akhirnya sampai juga di rumah Oei Tiong Ham di Jalan Kyai Saleh. Sebelum masuk ke pekarangan depan rumah, kami ijin dulu ke petugas keamanan dan diijinkan masuk di sekitar pekarangan depan dan teras rumah saja tidak boleh sampai masuk ke dalam. Rumah Oei Tiong Ham ini sempat berfungsi sebagai kampus dan tempat les balet sebelum menjadi Kantor OJK Jawa Tengah dan DIY.


Foto: dokumentasi pribadi

Foto: dokumentasi pribadi

Foto: dokumentasi pribadi

Foto: dokumentasi mbak Tiwi-Storyteller Bersukariawalk

Obrolan antarpeserta juga semakin lucu karena salah satu peserta sempat berceletuk bagaimana Oei Tiong Ham dan keluarganya mengepel lantai paviliun-paviliunnya, kami tertawa lalu menimpalinya bahwa orang sekaya Oei Tiong Ham tidak perlu berpikir untuk mengepel dan kegiatan kerumahtanggaan lainnya karena beliau mempunyai puluhan pelayan rumah tangga.

Mbak Tiwi bilang jika ada di antara kita memiliki ujung jari kelingking yang bengkok maka kita adalah keturunan Oei Tiong Ham. Benar atau tidak yang penting doa dan usaha agar rejekinya lancar seperti Oei Tiong Ham, teman-teman... mari ucapkan amin!

Awal Bisnis dan Perkembangan Bisnis

Gula

Ada cerita menarik di awal bisnis Oei Tiong Ham bagaimana ia mendapatkan ide untuk memulai bisnis gula yang nantinya dapat mengantarkannya membangun kerajaan bisnis.

Suatu hari, Oei Tjie Sien meminta Oei Tiong Ham untuk menagih uang sewa rumah pada seorang Jerman. Orang Jerman itu bersikeras untuk membeli rumah tersebut dengan nilai yang fantastis tapi Oei Tiong Ham menolak karena kepercayaan orang Tionghoa jika menjual rumah milik pribadi maka hidupnya akan susah. Padahal sama-sama cuan ya, orang Jerman bisa mendapatkan rumah dan Oei Tiong Ham mendapatkan banyak uang hasil jual rumah.

Menurut cerita mbak Tiwi, saat orang Jerman tersebut menyuguhkan minuman dengan cara self-service (menyuguhkan minuman dengan menyajikan gula tersendiri, jadi tamu sendiri yang menambah gula sesuai selera), Oei Tiong Ham tertarik dengan gula yang ada di hadapannya. Dari situ mengalirlah obrolan bagaimana proses pembuatan gula dari tebu yang pada saat itu tebu dianggap sebagai tanaman yang tidak ada potensinya sampai bagaimana mendirikan bisnis gula. Melihat antusias Oei Tiong Ham mengenai bisnis gula, orang Jerman menjadikannya mitra usaha dengan mempercayakan US$300.000 sebagai modal bisnis.

Setelah melakukan riset, Oei Tiong Ham memantapkan diri untuk membangun pabrik gula dengan membawa pakar asing ke Jawa untuk menemukan daerah yang paling cocok untuk tanaman tebu, menyewa kebun tebu, membeli peralatan dan melengkapinya dengan mesin-mesin baru yang diimpor dari Jerman dan Inggris. Usaha dagang gula milik Oei Tiong Ham ini meluas sampai ke Asia, Eropa, Amerika dan Australia dengan kantor-kantor cabangnya yaitu London, Singapura, India (Kalkuta dan Bombay), Karachi, Afganistan, Bangkok, lalu meluas ke Kanton, Tientsin dan Amsterdam. Beberapa kantor cabang tersebut nantinya akan berkembang menjual komoditi dagang lainnya.

Beberapa tahun setelah ia mengambil alih Kian Gwan, ia juga mengambil alih pabrik gula di Ponen, Krebet, dan Tanggulangin lalu mengambil alih juga pabrik gula di Pakis dan Rejoagung. Pabrik gula di Rejoagung ini yang nantinya akan dikenal sebagai pabrik gula bertenaga listrik pertama di Indonesia. Teman-teman pasti penasaran kenapa sih orang kaya raya pada jaman itu punya pabrik gula setidaknya mempunyai satu pabrik? Pabrik gula pada masa tersebut merupakan simbol status yang sangat penting bagi orang kaya raya, belum disebut kaya raya jika belum mempunyai pabrik gula.

Perdagangan Candu

Mungkin teman-teman lebih mengenalnya dengan opium. Memang opium memberi efek adiktif dan membuat orang malas beraktivitas tapi di sisi lain opium memiliki daya jual yang tinggi kala itu. Opium juga menjadi komoditi dagang Oei Tiong Ham selain gula. Jika harga gula turun, maka harga opium naik begitu juga sebaliknya. Dulu, Oei Tiong Ham mencapai sukses sebagai pedagang candu selama beberapa tahun.

Oei Tiong Ham meluaskan jaringan perdagangan candunya dengan sistem lisensi karena ia mendapat keuntungan besar di Semarang. Ketika ada pelelangan lisensi perdagangan candu untuk Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Madiun, ia memenangkannya sebagai penawar tertinggi. Lisensi perdagangan candu terakhir yang dipegangnya menghasilkan keuntungan 18 juta gulden dari empat kota yaitu Solo, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya.

Kian Gwan melalui Oei Tiong Ham mengalami perluasan usaha dagangnya dengan mengeskpor karet, kapuk randu, kopi, tepung tapioka, lada, jagung, kacang tanah, buah jarak, dan minyak sereh dalam jumlah kecil. Selain itu, Oei Tiong Ham Concern juga memiliki usaha perkapalan, bank, jasa pergudangan dan real estate. Teman-teman sering mendengar Phapros? Phapros juga milik Oei Tiong Ham kala itu.

Manajemen SDM Oei Tiong Ham

Oei Tiong Ham dengan segala kecerdikan bisnisnya memanfaatkan peluang usaha yang ada, saya justru tertarik dengan manajemen sumber daya manusia yang dimiliki oleh Oei Tiong Ham dalam mengelola perusahaannya setelah membaca buku tentang beliau

Oei Tiong Ham memiliki perusahaan modern yang mempekerjakan pegawai di luar keluarganya, ia memperkerjakan orang Belanda dan Tionghoa yang memiliki keterampilan sesuai yang dibutuhkan. Keterampilan mereka terus berkembang karena Oei Tiong Ham secara berkala mengutus mereka belajar ke Eropa.

Oei Tiong Ham tidak berpikir lama untuk mengutus pegawai Belanda dan Tionghoa yang berusia muda ke pabrik-pabrik Eropa untuk mempelajari bagaimana cara menjalankan dan memperbaiki mesin-mesin baru apabila ada sesuatu yang tidak beres. Ia juga mempekerjakan pakar-pakar Jerman untuk bertindak sebagai penasehatnya dalam usaha untuk membeli mesin penggilingan gula dan membayar biaya perjalanan orang-orang Jerman tersebut ke Jawa. Secara berkala, ia mengirim orang ke luar negeri untuk mempelajari metode produksi yang baru. Hasilnya pabrik gulanya menjadi pabrik termodern di seluruh Hindia-Belanda.
-------------------------

Buku yang bisa kalian baca mengenai Oei Tiong Ham berjudul Konglomerat Oei Tiong Ham Kerajaan Bisnis Pertama Asia Tenggara disunting oleh Yoshihara Kunio terbitan Grafiti tahun 1991. Bukunya langka karena tidak dicetak ulang, saya meminjam buku tersebut di Perpustakaan Daerah Jateng jl. Sriwijaya, Semarang. Saya berharap buku ini bisa dicetak ulang karena bagus dan banyak yang mencari karena tertarik dengan kisah Oei Tiong Ham.

Saya belajar dari Oei Tiong Ham mengenai kecerdikan dan keterampilan beliau memanfaatkan kesempatan usaha, perhatian beliau pada para pegawai untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam bekerja dan keberanian beliau keluar dari sistem perusahaan tradisional dan sistem pembatasan sosial berdasarkan ras.

Be kind to people then good things will follow you



Sumber:
- Bersukariawalk
- Konglomerat Oei Tiong Ham Kerajaan Bisnis Pertama Asia Tenggara disunting oleh Yoshihara Kunio, Grafiti 1991.



Speak Yourself
💜