Liburan Sendiri di Bali (2)

Hai! 
Lanjut jalan-jalan di sini, ya!

Teman Jalan baca juga Liburan Sendiri di Bali (1)

BALI



30 November 2016

Oka Coffee Plantation (Oka Bali Agriculture)

Setelah makan siang, saya melanjutkan perjalanan ke Oka Coffee Plantation (Oka Bali Agriculture) masih diantar oleh bli Kadek. Oka Coffee Plantation sesuai dengan ekspektasi saya sebelumnya. Saat masih di parkiran mobil, saya disambut mbok (panggilan untuk mbak/kakak perempuan dalam bahasa Bali) Putu sebagai guide saya. Tidak ada tiket masuk, saya hanya membayar secangkir kopi luwak seharga Rp50.000 jika ingin minum.

Saya dipandu mbok Putu mengenal jenis kopi, cara mengolah kopi luwak mulai dari biji-biji kopi yang masih berupa feses sampai diolah menjadi secangkir kopi, mengenal coklat, dan menemani saya minum kopi luwak. Teman Jalan juga bisa melihat proses roasting tradisional di sini.

Biji-biji Kopi dalam Feses Luwak
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Proses Roasting Biji Kopi
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Setelah saya mendapat tempat duduk, saya ditawari terlebih dahulu untuk mencicipi tujuh jenis minuman tradisional tanpa membayar. Jika saya tertarik untuk minum secangkir minuman tradisional sesuai pilihan, maka saya membeli minuman itu. Jika tidak tertarik, saya cukup membayar secangkir kopi luwak saja.

Manfaatnya apa sih ditawari minuman tradisional ini? Bagi Teman Jalan yang tidak suka minum kopi, Teman Jalan dapat memilih minuman pengganti kopi jadi kedatangan teman-teman ke tempat ini tidak sia-sia. Minum yang hangat sambil menikmati pemandangan dan ngobrol.

Menu Minuman Tradisional
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Proses menyeduh kopi luwak oleh mbok Putu di hadapan saya, jadi saya tahu bagaimana prosesnya. Mbok Putu menemani saya selama minum kopi, kami ngobrol dan berbagi cerita mengenai kegiatan masing-masing. Secangkir kopi dapat menemukan teman baru!

Proses Menyeduh Kopi Luwak
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Setelah kopi luwak saya habis, mbok Putu mengantar dan menemani saya belanja oleh-oleh di toko oleh-oleh yang menyediakan kopi luwak, kopi Bali, dan jenis-jenis minuman tradisional yang telah saya cicipi tadi. Selain itu ada olahan coklat dan olahan kopi. Harga bervariasi tergentung jenis olahan yang kita beli.

Oka Coffee Plantation (Oka Bali Agriculture) ini tempatnya bersih, rapi, dan teduh apalagi saat saya berkunjung setelah hujan jadi tambah teduh.

Area Dalam
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Area Kebun Kopi
Foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Cocok untuk Teman Jalan yang mau ngopi terutama icip kopi Luwak apalagi sebagai penggemar kopi. Rekomendasi!. Saya ingin kembali ngopi di sini jika ada kesempatan.

Goa Gajah

Belum ada gambaran tentang tempat ini jadi selama perjalanan saya googling dulu sebelum masuk. Tiket masuk dewasa Rp15.000 per orang (tidak tahu ya kalau tahun 2020 naik atau tetap), sebelum masuk ke area Goa Gajah pengunjung harus memakai kain penutup dulu. Ekspektasi saya tidak terlalu tinggi pada tempat ini, saya tidak terlalu kecewa dan tidak terlalu senang, netral. Yang menarik perhatian saya adalah ornamen ukiran batu di dinding gua.

Goa Gajah
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Area Goa Gajah
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Kalau Teman Jalan masuk ke dalam gua, Teman Jalan akan menemukan tiga titik utama di mana masing-masing terdapat patung simbol Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Brahma di sayap kanan. Lalu di sayap kiri ada patung Dewa ganesha serta di ceruk tengah ada patung Garuda (kendaraan Dewa Wisnu).

Di dalam gua, saya bertemu dengan dua turis India, mereka melakukan pemujaan dengan cara sederhana. Mereka mengatakan  bahwa Bali seperti rumah ke dua karena persamaan budaya agama Hindu dengan India.

Di area lain, ada candi Budha tapi saya tidak naik ke bukit karena keadaan setelah hujan jalannya menjadi licin. Sebelum naik ke bukit itu, ada pura kecil dijaga seorang kakek, karena saya penasaran saya masuk ke pura itu. Setelah berdoa, si kakek membuka tikar pelapis meja dan ada uang Rp50.000 dua lembar. OMG! Antara saya bodoh atau saya kurang amal ibadah selama hidup di dunia, ya, setelah berdoa disuruh bayar Rp50.000... harus nominal itu. Saya mencoba ngobrol dengan si kakek, dia awalnya kesulitan berbicara (seperti gagu) tapi lama-lama lancar...buset rasanya gregetan!.

Perasaan ingin tertawa, jengkel, dan bodohin diri sendiri jadi satu. Ikhlas kena scam, sampai sekarang masih teringat terus tapi cukup ditertawakan saja. Saya kena scam! 😂. Berusaha menghibur diri kala itu biar mood tidak semakin parah, anggap saja selama hidup di dunia ini saya kurang amal ibadah 😂. Lain kali harus waspada.

Setelah keluar dari area Goa Gajah, saya mampir beli oleh-oleh di salah satu kios, di sini saya membuat ibu penjual menangis 😅 bukan karena saya meratap agar diberi diskon. Sesaat saya juga mau menangis karena ibu penjualnya perhatian tapi berakhir dengan tertawa. Ibu penjual mengira saya ini masih umur 16 tahun sudah berani jalan-jalan sendirian ke Bali tanpa didampingi siapa pun dan baru kenal kemarin sore dengan drivernya, intinya si ibu penjual khawatir. Setelah tahu bahwa saya sudah berusia dewasa, si ibu penjual tidak jadi menangis 😂. Dari percakapan itu saya diberi diskon dan didoakan agar lancar rejeki, kebaikan, dan jodoh.

Saya tidak ada keinginan untuk kembali ke sini karena tempatnya kurang menarik bagi saya. Saat saya berkunjung toiletnya tidak bersih dan airnya tidak mengalir sama sekali hasilnya saat antri bergantian dengan turis asing, saya harus tahan dengan kotornya. Semoga ada perbaikan dan perawatan fasilitas di tempat ini. Selama jalan-jalan saya selalu menyediakan tisu basah, tisu kering, dan satu botol air untuk memudahkan saya saat di toilet dengan kondisi yang tidak bersih.

Pura Puseh Batuan

Sebelum ke Sahadewa Teater Batubulan, saya berkunjung ke Pura Puseh Batuan karena masih ada waktu. Tidak ada tiket masuk pengunjung hanya berdonasi sebesar Rp10.000 untuk perawatan pura. Saya suka pura ini karena detil ornamen gerbangnya yang menjadi ikon.

Gerbang Pura Puseh Batuan
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Sembahyang
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Di dekat gerbang saya bertemu dengan turis asing asal Malaysia, dia meminta bantuan untuk berfoto. Dia pertama kali liburan di Indonesia, takjub dengan kekayaan budaya Bali. Dia mengungkapkan kalau orang Indonesia friendly dan alamnya cantik. Dia juga berharap suatu saat nanti mampu menjelajahi daerah lain di Indonesia. Saya cukup dibuat geli dengan pertanyaannya "saya dari Malaysia, apa kamu tahu Malaysia?" 😆 saya jawab kalau saya tahu Malaysia tapi belum pernah ke sana. Saya juga bertemu turis asing asal India yang meminta bantuan berfoto menyatakan hal yang sama.

Cukup sekali saja berkunjung ke Pura Puseh Batuan, kecuali kalau ingin menjadikannya alternatif menunggu jam buka Sahadewa Teater Batubulan.

Sahadewa Teater Batubulan

Puncak jalan-jalan saya adalah tari Kecak Sahadewa di Batubulan. Tari Kecak dan cerita Ramayana dimulai pada pukul 18.30-19.30 WITA di Sahadewa Stage Chandra Budaya, Batubulan, Gianyar. Harga tiket masuk Rp100.000 per orang all class dalam artian semua tempat duduk harganya sama/tidak ada tingkatan harga kelas penonton. Kalau harga tiket tahun 2020 saya tidak tahu apakah naik atau tetap. Teman Jalan dapat menyaksikan tari Kecak, cerita Ramayana, tari Sanghyang Dedari, dan ditutup tari Sanghyang Jaran.

Cerita Ramayana
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Tari Sanghyang Jaran ditarikan oleh seorang laki-laki yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda. Dia menari di atas bara api terbuat dari sabut kelapa. Jika kidung Sanghyang menuntunnya ke bara api maka ia pun akan menari di atas bara api.

Tari Sanghyang Jaran
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Kalau ada kesempatan saya akan berkunjung kembali!

Neo Hotel Denpasar

Malam sebelum besok pulang lagi ke Semarang, saya menginap di Neo Hotel Denpasar. Saya mendapat upgrade kamar karena kamar yang saya pesan sudah terjual. Maaf, tidak banyak foto yang saya ambil karena ingin segera tidur.

Kamarnya luas, bersih, dan rapi. Makan malam dibelikan oleh teman saya yang tinggal di Bali. Resepsionisnya cekatan dan ramah. Proses check-in dan check-out juga cepat. Saya sempat dikira menginap untuk urusan bisnis di Bali 😁

Ingin kembali menginap di sini!


Business Card Neo Hotel Denpasar

Double Bed
foto: dokumentasi pribadi (11/2016)

Liburan sendiri di Bali memang meninggalkan kesan yang baik dan masih saya kenang sampai sekarang. Segala sesuatu saya urus sendiri kecuali makan malam yang dibelikan teman saya, hehe. Bli Kadek juga sopan, tanggap berkomunikasi, dan cara mengemudinya nyaman.

Apakah akan kembali lagi ke Bali untuk liburan? Yup!

Yuk, jalan-jalan!

*Note: kalau Teman Jalan mau ngopi kopi Luwak selain di Bali, ada di Magelang juga lho 😊



Speak Yourself 
💜