Kauman Semarang dengan Berbagai Keunikannya

Hai, Teman Jalan!

Maafkan daku yang masih sibuk dengan kuliah. Sudah lama postingan Kauman jadi draft sampai berdebu, hehe.

Sabtu, 9 November 2019 saya ikut walking tour Bersukariawalk rute Kauman dengan cuaca Semarang yang sebagian wilayah hujan dan sebagian lainnya mendung. Saya baru pertama kali ini ikut rute Kauman, kesannya asyik karena selama ini hanya tahu Kauman sebagai pusat perlengkapan sekolah, militer, polisi, organisasi masyarakat, keamanan; perlengkapan ibadah, dan minyak wangi.

Setelah tahu Kauman sampai masuk di perkampungannya, ternyata Kauman lebih dari sekedar pusat bisnis tapi juga pusat keagamaan Islam beserta kegiatannya. Teman Jalan yang suka arsitektur rumah bisa mendapat inspirasi di perkampungan Kauman karena masih banyak rumah lawas yang mempertahankan ciri khasnya.

"Banyak keajaiban kalau kita jalan-jalan di kampung Kauman," kata mbak Tiwi storyteller Bersukariwalk.

Semarang Walking Tour

KAUMAN


Rute Kauman: titik temu di Semarang Plaza ➝ Pabrik Hygeia (Paberik Hygeia)➝ Kali Semarang ➝ Pedamaran ➝ Pasar Johar ➝ Kampung Kauman ➝ Lumpia Mbak Liem ➝ Masjid Kauman

Semarang Plaza

Semarang Plaza berlokasi di Jl. K. H. Agus Salim ini dulunya adalah tangsi militer Belanda. Ada sejarahnya juga lho mengenai tangsi militer ini yang berkaitan dengan Kawasan Pecinan. 

Pada awalnya masyarakat Tionghoa yang ada di Semarang bermukim di Gedung Batu, Simongan. Pada tahun 1740 terjadi pemberontakan orang-orang Tionghoa terhadap Belanda di Batavia, yang dikenal dengan peristiwa Geger Pecinan. Orang-orang Tionghoa yang berhasil selamat dari peristiwa Geger Pecinan di Batavia melarikan diri ke Semarang lalu kembali menyatakan perlawanan terhadap Belanda. Belanda yang telah berhasil menumpas perlawanan tersebut akhirnya memutuskan untuk memindahkan orang-orang Tionghoa dari Simongan ke kawasan yang saat ini dikenal dengan nama Pecinan.

Tujuan Belanda memindahkan mereka agar Belanda mudah mengawasi pergerakan prang-orang Tionghoa karean kawasan tersebut berdekatan dengan tangsi militer Belanda yang saat ini menjadi Semarang Plasa atau dikenal dengan Miramar Resto.

Pabrik Hygeia (Paberik Hygeia)

Pabrik air minum kemasan pertama di Semarang yang dibangun pada tahun 1901 berlokasi di belakang Pasar Ikan Hias. Pabrik ini didirikan oleh Hendrik Freerk Tillema, seorang apoteker asal Belanda.

Pabrik ini sudah menggunakan mesin modern dan sistem pengolahan air minum yang sudah modern pada masanya contohnya dari conveyor belt untuk mengangkut botol-botol dan sterilisasi botol. Semakin berkembangnya bisnis pabrik, Hygeia memproduksi minuman bersoda yang pada masanya dikenal dengan limun. Air minum kemasan dan limun sukses terjual di pasaran dan meningkatkan produksinya setiap tahun.

Pabrik Hygeia
Foto: dokumentasi pribadi

Pamflet Pabrik Hygeia
Gambar: Bersukariawalk

Para Pegawai Pabrik Hygeia
Gambar: Bersukariawalk

Setelah pabrik ini berhenti beroperasi, pabrik ini kosong. Kemudian digunakan untuk gudang minyak goreng tapi setelah itu belum ada perkembangan lagi apakah masih difungsikan atau tidak sampai sekarang. Bahkan, bangunan Pabrik Hygeia ini belum terdaftar sebagai bangunan cagar budaya di Semarang. Sangat disayangkan ya, guys. Semoga ada kabar baik mengenai bangunan ini. Penasaran dalamnya seperti apa.

Kali Semarang

Banyak yang mengira bahwa kali Semarang itu adalah Banjir Kanal, sebenarnya kali Semarang itu ya Kali Semarang (foto bawah) yang alirannya bermuara di Goa Kreo. Dulu Kali Semarang menjadi akses lalu lintas perahu dan kapal dagang. Bisa Teman Jalan bayangkan situasinya seperti di kanal-kanal Venesia, Italia. Terbayang, ya, kesibukan lalu lintas transportasi sungai pada masa itu di Semarang.

Kali Semarang
Foto: dokumentasi pribadi

Dari tahun ke tahun Kali Semarang tidak pernah difungsikan lagi sebagai akses lalu lintas perahu dan kapal dagang karena mengalami penyempitan dan pendangkalan sungai serta kemajuan sistem teknologi transportasi di Semarang. Apalagi sampahnya itu lho, ampun!.

Apakah ada perencanaan pembersihan, renovasi sungai, dan alih fungsi sungai kembali? Belum tahu, semoga ada rencana dan realisasinya. Bisa dijadikan wisata kanal? Bisa tapi perlu dikaji lagi 😉

Pedamaran

Ada suatu kejadian yang unik saat kebakaran besar di Pasar Johar tahun 2015, kampung Pedamaran ini sama sekali tidak terbakar bahkan tersentuh api pun tidak. Mengapa bisa begitu? Hanya alam yang tahu. Menurut kepercayaan warga kampung Pedamaran, kampung mereka selamat dari kebakaran tersebut karena adanya perlindungan dari Kyai Damar.

Di kampung Pedamaran ini ada satu komplek makam yaitu makam Kyai Damar. Kyai Damar adalah seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah Semarang. Di dalam komplek makam tersebut ada juga makam istri Kyai Damar dan keponakannya.

Nama Kyai Damar diberikan oleh warga kampung sekitar, Damar adalah lentera yang mampu menerangi gelap, sehingga dapat dimaknai mampu menjadi terang bagi masyarakat lewat ajaran Islam yang beliau sebarkan. Nama Kyai Damar sendiri adalah Raden Dipa Pamulya.

Makam Kyai Damar
Foto: dokumentasi pribadi

Pasar Johar

Pasar Johar merupakan karya rancangan Thomas Karsten dengan ciri mushroomkonstruktie (ujung atas tiang bangunan berbentuk cendawan). Thomas Karsten merancang pasar tradisional selain Pasar Johar yaitu Pasar Jatingaleh dan Pasar Bulu yang dahulu dikenal dengan Pasar Randusari. Rancangan Thomas Karsten lainnya adalah Candi Baru. Sangat disayangkan bahwa Pasar Bulu kehilangan cirinya karena setelah direnovasi total, tiang cendawan tersebut tidak dipertahankan.

Pasar Johar dalam proses renovasi
Foto: dokumentasi pribadi

Pasar Johar diambil dari sudut berlawanan
Foto: dokumentasi pribadi (5/6/2016)

Mushroomkonstruktie
Foto: dokumentasi pribadi

Foto: dokumentasi pribadi (5/6/2016)

Ada riwayat menarik dari Pasar Johar pada masa Sunan Pandanaran yang berkaitan dengan pohon johar. Bagaimana kaitannya? Mari ikut jalan-jalan, hehe!

Kampung Kauman

Kauman memiliki makna tempat tinggal para ulama. Hal tersebut terlihat dengan banyaknya pondok pesantren di kawasan Kauman yang hingga kini masih aktif berkegiatan. Tidak hanya pondok pesantren, rumah-rumah lawas pun masih terjaga dan terawat hingga kini. Rumah-rumah lawas yang sebagia terbuat dari kayu tersebut masih berpenghuni.

Menurut sejarah, selain pribumi kampung Kauman juga dihuni oleh penduduk keturunan Tionghoa, Melayu dan Arab. Dari sini kita bisa melihat bahwa tidak ada batas pembeda antaretnis yang menghuni kampung Kauman.

Perkembangan bisnis yang sangat terlihat di kampung Kauman adalah selain toko-toko penjual minyak wangi dan peralatan ibadah, sekarang banyak toko penjual perlengkapan sekolah, militer, polisi, organisasi masyarakat, dan keamanan. Teman Jalan bisa merasakan perbedaannya saat berjalan dari jajaran toko depan Masjid Kauman lalu berbelok kiri sudah berjajar toko-toko perlengkapan tersebut.

Masjid Kauman

Dulu tata ruang kota terutama di wilayah pulau Jawa, keberadaan masjid besar pasti berdekatan dengan alun-alun kota dan pusat pemerintahan. Dulu alun-alun kota Semarang bukan di Simpang Lima melainkan di Jl. KH. Agus Salim yang sekarang berfungsi menjadi kawasan perkantoran dan hotel (Hotel New Metro). Hilangnya alun-alun tersebut karena lahannya diambil untuk perluasan bisnis dari masa ke masa. Satu-satunya yang tersisa dari sejarah alun-alun tersebut adalah Masjid Agung Kauman, masyarakat lebih mengenalnya dengan Masjid Kauman.

Siapa yang masih menyebut Masjid Agung Semarang itu Masjid Raya Baiturrahman di Simpang Lima atau MAJT? Cung!. Kita koreksi bersama, ya, Masjid Agung Semarang adalah Masjid Agung Kauman, masjid raya kota Semarang adalah Masjid Raya Baiturrahman, dan masjid agung provinsi Jawa Tengah adalah MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah).

Masjid Agung Kauman
Gambar: Bersukariawalk

Masjid Agung Kauman dibangun oleh Ki Ageng Pandanaran pada tahun 1170 Hijriah atau pada tahun 1749 Masehi. Riwayat pembangunan masjid ini terpahat di empat plakat dalam empat bahasa yaitu bahasa Jawa, Arab, Melayu, dan Belanda di gerbang bagian dalam masjid . Gerbang masuk masjid ini masih dipertahankan keasliannya.

Masjid Agung Kauman juga menjadi saksi sejarah penting bagi Indonesia karena menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumandangkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Dari Rumah Lawas Sampai "Benteng Takeshi"

Teman Jalan yang ingin membangun rumah bisa mendapatkan inspirasi gaya rumah lawas Kauman, mbak Tiwi menyebutnya dengan rumah SNK (Standar Nasional Kauman). Rumah-rumah lawas di Kauman memiliki ciri tiga pintu dan facade rumah yang unik.

Rumah-rumah lawas memiliki tiga pintu agar rumah terlihat luas dan tamu-tamu yang datang dalam jumlah banyak akan leluasa untuk keluar-masuk rumah. Teman Jalan kalau punya alasan lain mengapa rumah lawas mempunyai tiga pintu boleh berbagi lho 😉

Saya tidak bisa menggunggah foto-foto rumah lawas tersebut di sini untuk menjaga privasi pemilik rumah karena tidak ijin mengunggahnya apalagi rumah-rumah tersebut masih berpenghuni. Mau lihat? Ikut walking tour dong 😁

Di Pedamaran ada satu rumah tidak berpenghuni yang menarik perhatian karena bentuk bangunannya bercat warna terang, siapa tahu Teman Jalan ada yang mau membelinya atau bisa menjadi inspirasi juga. Jika dilihat dari bentuk atapnya seperti rumah tradisional Tionghoa, tapi pintu dan jendelanya menyerupai gaya Jawa.

Foto: dokumentasi pribadi

Masih ada keunikan lain di Kauman yaitu satu gedung rumah terdapat dua nomor alamat rumah dan catnya juga berbeda termasuk gedung yang di belakangnya karena masih dalam satu area yang sama.

Foto: dokumentasi pribadi

Tantangan "Benteng Takeshi" itu apa sih? Seperti tantangan di permainan Benteng Takeshi, semua peserta diajak berjalan di atas air. Kapan lagi coba berjalan di atas air, hehe.

Foto: dokumentasi pribadi

Sebenarnya, tantangannya itu adalah berjalan di atas jeruji penutup saluran air, namanya saja blusukan jadi jangan kaget kalau diajak lewat jalan pintas yang tidak biasa. Mengapa ada saluran air di antara dua area perumahan? Saluran air digunakan sebagai jarak untuk mencegah api yang merambat ke area lain saat kebakaran. 

Geser ke sebelah kanan ada ciri rumah lama yang masih memiliki pintu belakang. Pintu belakang ini sebagai akses yang memudahkan pemilik rumah keluar ke area terbuka jika terjadi suatu bencana. Sederhana tapi berfungsi sebagai akses untuk menyelamatkan diri. Uniknya adalah tulisan "blakang" bukan "belakang" di atas pintu.

Pintu "blakang"
Foto: dokumentasi pribadi

Ngomong-ngomong, walking tour kali ini diliput oleh Metrotv, hoho, kami masuk liputan tivi! Terima kasih mbak Monica dan tim!. Teman Jalan bisa menonton Walking Tour, Sensasi Susuri Perkampungan di Semarang Sambil Menyimak Sejarahnya.

Semoga Teman Jalan juga bisa menemukan banyak keunikan di Kauman di lain kesempatan. Siapa tahu berkesempatan masuk liputan tivi juga 😁

Yuk, jalan!



Speak Yourself
💜