Blusukan Jatingaleh di Sabtu Sore

Hai, semua!

Lama tidak berjumpa, hehe. Mohon maaf atas kemalasan yang sedang membabi-buta ini. Sekarang saya mau berbagi pengalaman ikut Semarang Walking Tour dari Bersukariawalk, kali ini jalan-jalan sore keliling Jatingaleh tanggal 22 Juni 2019. Peserta kali ini dibagi menjadi dua kelompok masing-masing ditemani oleh satu storyteller, storyteller-ku kali ini adalah mbak Ika. Hasil obrolan ringan kami ternyata mbak Ika pernah kuliah di UNPAD Bandung jiaaaah dunia sempit kalo udah ikut Bersukariawalk!.

Semarang Walking Tour

JATINGALEH

Rute Jatingaleh: Titik temu Pasar Jatingaleh ➝ Kesatrian ➝ KBPT & bekas rumah sakitnya ➝ Reservoir Kepoh ➝ Rumah 'Suzanna'

Kami berkumpul di depan Pasar Jatingaleh untuk membagi kelompok dan memulai blusukan kami. Mbak Ika menjelaskan asal-usul nama Jatingaleh sebelum kami masuk ke dalam Pasar Jatingaleh.

Pasar Jatingaleh

Nama Jatingaleh juga punya sejarahnya sendiri berkaitan dengan Sunan Kalijaga. Jatingaleh berasal dari kata Jati (pohon jati) dan Ngaleh (jawa: pindah) yang berarti pohon jati yang berpindah. Mengapa bisa? How can? Bisa, segalanya pasti bisa pada jaman dahulu kala. Dahulu Sunan Kalijaga ingin membangun Masjid Demak dengan memindahkan pohon-pohon jati di sekitar Semarang Selatan tapi sayangnya pohon-pohon jati tersebut jatuh di kawasan Goa Kreo. Lalu, potongan-potongan kayu jati itu dihanyutkan ke sungai dengan bantuan kera-kera di kawasan Goa Kreo.

Pasar Jatingaleh dirancang dan dibangun pada tahun 1930 oleh Thomas Karsten, yang merancang Pasar Johar dan Pasar Bulu juga. Yup! Pasar Jatingaleh, Pasar Johar dan Pasar Bulu adalah rancangan Thomas Karsten dan memiliki bentuk pilar yang sama yaitu mushroomkonstruktie (berkonstruksi cendawan; jamur), agar mudah mengingatnya biasanya aku menyebut tiga pasar tersebut Tiga Bersaudara.

Pasar Jatingaleh
Foto: dokumentasi pribadi

Pilar Berkontruksi Cendawan
Foto: dokumentasi pribadi

Pasar Johar
Foto: dokumentasi pribadi (5 Juni 2016)

Pilar Berkonstruksi Cendawan di Pasar Johar
Foto: dokumentasi pribadi (5 Juni 2016)

Reservoir Kepoh

Air tidak akan pernah lepas dari hidup kita apalagi air bersih yang selalu kita butuhkan setiap harinya. Biasanya kita membuat sumur untuk kebutuhan air rumah tangga atau dari distribusi air ledeng PDAM. Pendistribusian air bersih ini bermula dari pembangunan sarana air bersih yaitu Reservoir (eng: Resevoar ËˆrezÉ™(r)ËŒvwär). Di Semarang ada Reservoir Siranda yang lebih terkenal karena peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang, Reservoir Jomblang dan Reservoir Kepoh.

Perkembangan Kota Semarang yang semakin pesat maka kebutuhan air juga semakin meningkat. Pembangunan sarana air bersih ini dimulai pada tahun 1911 dengan pipanisasi dari sumber mata air di Gunungpati. Air dari sumber mata air tersebut dialirkan melalui pipa-pipa besar dan ditampung di Reservoir yang berfungsi sebagai bak penampung, lalu dari Reservoir air bersih didistribusikan ke rumah-rumah masyarakat sekitar.

Reservoir Kepoh 1912
Foto: dokumentasi pribadi

Mbak Ika-Stroyteller Bersukariawalk
Foto: dokumentasi pribadi

Grup 1 Rute Jatingaleh
Foto: Oma Nani

Jika melihat bentuk Reservoir pasti teman-teman terbayang dengan bentuk kubah Gereja Blenduk bahkan teman di kelompok saya berceletuk bentuknya seperti Bukit Teletubbies, memang ciri khas Reservoir pada jaman kolonial berbentuk kubah dan ada kupola (eng: cupola)* di puncaknya. 

Salah satu teman di grup kami yang tinggal di kawasan Ksatrian menceritakan bahwa sudah lama pemasokan air bersih sangat minim bahkan air bersih hanya mengalir dalam 2 hari sekali sehingga mereka harus menampung air bersih. Semoga masalah ini bisa segera teratasi.

Oya, teman-teman kalau berada dalam kawasan militer Kesatrian jangan sembarangan ambil gambar, ya, mau bagaimanapun itu demi keamanan kawasan militer. Banyak rumah-rumah tua terutama gedung-gedung yang masih layak pakai bekas rumah sakit sekitar KBPT dijadikan rumah bagi purnawirawan. Selain itu rumah-rumah tua sekitar Kesatrian juga dipakai untuk kos-kosan. Kalau ada rumah dengan kandang kuda atau ada bekas kandang kuda biasanya rumah itu milik seorang militer dengan jabatan tinggi di sana.

Rumah 'Suzanna'

Rumah 'Suzanna'
Foto: dokumentasi pribadi

Setelah dari kawasan Kesatrian, kami diajak ke rumah tua 'Suzanna'. Mungkin teman-teman kalau dari arah Kaliwiru dan sebaliknya pasti melewati rumah tua bercat kuning seperti di foto. Dulu pernah dijadikan lokasi syuting film Suzanna 'Beranak Dalam Kubur' dan film Ayat-ayat Cinta. Sekarang dijadikan kos-kosan juga, bikin penasaran dalamnya seperti apa dan seluas apa. Semoga suatu saat nanti ada kesempatan mampir lagi.

Blusukan kami berakhir di Rumah 'Suzanna', rutenya pendek tapi banyak cerita mengenai daerah Jatingaleh. Ngomong-ngomong, rute Jatingaleh kali ini adalah rute come back setelah lama hiatus jadi kami menganggap jalan-jalan kali ini sebagai perayaan come back rute Jatingaleh.

Semoga kalian diberi kesempatan untuk ikut jalan-jalan blusukan di Jatingaleh bersama Bersukaria Walk, ya!

Grup 1 Rute Jatingaleh
Foto: Oma Nani

Yuk, jalan!

Kupola*= struktur tinggi yang relatif kecil dan seringkali menyerupai kubah yang terletak di puncak suatu bangunan. Kupola seringkali digunakan sebagai tempat untuk melihat pemandangan atau untuk memasukkan pencahayaan dan udara.


Speak Yourself
💜