Museum Kota Lama Semarang

Hai, Teman Jalan! 

Sudah lama tidak menulis di sini. Oh, iya, selamat Hari Blogger Nasional, ya!. Semoga blog kita dapat bermanfaat untuk orang lain.

Saya mau berbagi pengalaman berkunjung ke Museum Kota Lama Semarang, baru kali ini saya masuk. Kali ini jalan sama teman baru namanya Aji. Aji yang booking tiket masuknya lewat aplikasi Lunpia. Saya berkunjung tanggal 27 Juli 2022 pukul 11.00 tapi baru bisa masuk sekitar 11.30 karena ada rombongan tamu penting yang didahulukan jadi kami diminta menunggu sampai rombongan itu selesai. Kalau tidak salah ingat setiap rombongan dibatasi maksimal 10-15 orang karena museumnya sempit.

Museum Kota Lama Semarang ini berada tepat di tengah bundaran Bubakan. Akses transportasinya mudah terlebih pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi bisa parkir di sekitar Kota Lama. Sayangnya, tidak ada fasilitas penyeberangan jalan yang aman padahal di sekitar Museum Kota Lama Semarang sangat ramai kendaraan lewat jadi harus pakai 'magic hand' (lambaikan tangan, hehe) waktu menyeberang jalan.

Tempat berteduh khusus untuk menunggu masuk ke museum tidak ada, Teman Jalan hanya bisa mengandalkan bayangan gedung atau bangunan di sekitar museum, alternatifnya pakai topi atau payung. Semarang pada musim kemarau tuh panasnya gak main-main. Pengelola museum juga perlu memikirkan kenyamanan pengunjung saat musim hujan. Saya dan Aji berteduh di tangga lumayan dapat bayangan bangunan dinding tinggi. Saya sarankan jangan terlalu lama di roof top museum karena tidak ada tempat berteduh juga. Bisa atau tidak, ya, ditanami pohon-pohon tinggi di sekeliling museum biar ada tempat berteduh?. Hm... atau mungkin ada peraturannya tidak boleh ada pohon-pohon tinggi?. Mungkin ada pertimbangan lain alasan tidak ada tempat berteduh.

Pemandangan sekitar museum dilihat dari atas
Foto: dokumentasi pribadi

Saat Teman Jalan akan masuk, Teman Jalan diminta untuk scan kode Peduli Lindungi. Kemudian di dalam museum tepat setelah pintu masuk, Teman Jalan dipinjamkan tas untuk membawa sepatu Teman Jalan jadi Teman Jalan saat berkeliling di dalam museum bertelanjang kaki (bare foot). Awalnya saya kira tasnya gratis ada souvenir kayak goodie bag gitu ternyata hanya dipinjamkan selama berkeliling di dalam museum 😂. Ekspektasiku terlanjur tinggi.

Tas sepatu
Foto: dokumentasi pribadi

Tepat setelah Teman Jalan masuk, Teman Jalan berhadapan dengan layar besar dengan perahu sampan tiruan seolah-olah Teman Jalan melewati sungai melihat geografi Kota Semarang. Nah, fungsi perahu sampan tiruan ini adalah untuk Teman Jalan berfoto, ya, semacam foto 3D gitu.

Penampilan 3D di pintu masuk museum
Foto: dokumentasi pribadi

Setelah dari ruangan ini Teman Jalan diajak masuk ke ruangan audio visual untuk melihat fase sejarah perkembangan Kota Semarang. Maaf saya tidak akan mengunggah foto di dalam ruangan karena banyak pengunjung lain yang masuk dalam frame. Saat pemandu museum bilang kalau nanti diputar lagu, lagu yang diputar lebih ke pop berbahasa Inggris bukan musik gamelan atau lagu daerah, Teman Jalan bisa bebas menari. Jujur, saya canggung jadi saya tidak menari. Menurut saya, ruangan audio visualnya sempit kalau diisi lebih dari 10 orang.

Ruangan selanjutnya adalah Kota Semarang dari tahun ke tahun yang dibuat dengan panel-panel dinding. Teman Jalan dapat melihat peta benteng dan foto-foto Semarang tempo dulu. Ruangannya menarik jadi spot Instagramable. Saya sebut ruang panel saja biar lebih mudah. Ada petugas keamanan mengikuti rombongan dari belakang kasih petunjuk boleh foto setelah pemandu menjelaskan. Ruangannya sempit jadi pengunjung menumpuk di satu titik ruangan ini dan kalau ingin berfoto harus bergantian.

Ruang Panel
Foto: dokumentasi Aji

Salah satu panel di Ruang Panel
Foto: dokumentasi pribadi

Dari ruang panel ini Teman Jalan diajak masuk ke ruang pamer benda-benda tempo dulu yang lebih banyak berkaitan dengan kereta api dan trem di Kota Semarang. Saya senang akhirnya melihat benda yang selama ini saya cari informasinya karena penasaran yaitu botol kaca dari perusahaan air mineral pertama di Kota Semarang yaitu Hygeia. Kalau Teman Jalan ingin lebih mengetahui sejarah Hygeia, Teman Jalan bisa mengikuti Semarang walking tour rute Kauman.

Botol air mineral Hygeia
Foto: dokumentasi pribadi

Tutup botol Hygeia dari dekat
Foto: dokumentasi pribadi

Kunjungan museum berakhir di ruangan ekskavasi rel kereta dan terdapat panel peta-peta layanan maskapai kereta SJS di Kota Semarang terpusat pada SJS. Sayangnya, pemandu museum kurang menjelaskan mengenai kereta api di Kota Semarang hanya menunjukkan bekas jalur kereta api. Kalau Teman Jalan ingin lebih mengetahui sejarah perkeretaapian Kota Semarang, Teman Jalan bisa mengikuti Semarang walking tour rute Spoorweg.

Salah satu panel sejarah SJS
Foto: dokumentasi pribadi

Kunjungan berakhir di pintu keluar museum, sepatu dipakai kembali dan kembalikan tas sepatu di tempat yang telah disediakan. Tur Kota Lama Semarang hanya membutuhkan waktu 20-30 menit, menurut saya Teman Jalan tidak bisa berlama-lama membaca atau mengamati benda-benda dan foto-foto yang dipamerkan. Cocok untuk Teman Jalan yang hanya ingin mengisi waktu luang sebentar.

Seandainya bangunan museum lebih luas lagi mungkin akan lebih menarik pengunjung dan pengunjung tidak merasa sempit saat berada di satu ruangan. Kalau saya sendiri memang tidak merasa nyaman berkunjung di museum ini karena kurang luas dan waktunya pendek jadi terasa terburu-buru. Cocok juga untuk Teman Jalan yang suka tempat Instagramable dan memanfaatkan ruangan untuk foto-foto.

Museum Kota Lama Semarang cukup baik untuk dikunjungi. Semoga Museum Kota Lama Semarang bisa memberikan kenyamanan pengunjung dari akses penyeberangan jalan, penjelasan sejarah, perluasan ruang-ruang pamer, dan tempat berteduh lebih baik lagi.

Yuk, kunjungi museum!


Speak Yourself 
💜

Komentar