Ereveld Kalibanteng Semarang

Hai, Teman Jalan!

Semoga kalian selalu sehat, ya!

Minggu, 19 Desember 2021, saya berkunjung ziarah ke makam terhormat Belanda di Ereveld Kalibanteng. Lokasinya berada di pinggir jalan raya provinsi Jl. Siliwangi. Akses menuju ke lokasi ini dengan menggunakan kendaraan pribadi, transportasi umum seperti BRT, dan transportasi daring. Saya sarankan kalau Teman Jalan datang dari arah pusat kota tanpa kendaraan pribadi lebih baik menggunakan transportasi daring karena akan kesulitan jika naik BRT Trans Semarang, tidak ada halte di seberang dan berbahaya untuk menyeberang.

Saya sering melewati Ereveld Kalibanteng tapi belum pernah masuk berkunjung ke dalam areanya. Kali ini saya berkesempatan masuk sebagai peserta walk tour Bersukariawalk di rute spesial yang hanya diadakan satu kali dalam satu tahun. Teman Jalan kalau tertarik bisa mengikuti rute spesial ini tahun berikutnya atau bisa berkunjung secara pribadi langsung ke Ereveld Kalibanteng. Suasana di dalam area sangat tenang walau masih terdengar kendaraan-kendaraan di jalan raya, rapi, nyaman, dan bersih. Kebersihan dan kerapian ini sama seperti di Ereveld Candi Semarang.

Di Ereveld Kalibanteng ini saya mendapat banyak sekali cerita berkaitan dengan personal korban perang atau mengenai lingkungan Ereveld Kalibanteng yang memiliki konsep sistem lingkugan berkelanjutan. Sangat menyenangkan bisa ikut dalam rute spesial kali ini.

Yuk, kita jalan keliling Ereveld Kalibanteng!

Semarang Walk Tour

Ereveld Kalibanteng Semarang

Ereveld Kalibanteng merupakan salah satu dari tujuh makam kehormatan Belanda di Pulau Jawa untuk memakamkan korban-korban perang pada periode 1942-1945. Di dalam area Ereveld Kalibanteng ini selain pemakaman juga ada pendopo, kantor, dan rumah dinas kepala Ereveld Kalibanteng. Toilet juga ada, toiletnya bersih dan disediakan handuk untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan.

Ereveld Kalibanteng berada di bawah Yayasan OGS (Oorlogs Graven Stichting) di bawah Kerajaan Belanda. Jadi kami masuk Ereveld Kalibanteng itu secara diplomatis masuk ke wilayah Belanda tanpa paspor dan visa. Alokasi biaya perawatan seluruh Ereveld di Indonesia dan di seluruh dunia dan gaji pegawai diatur oleh OGS.

Lambang OGS
Foto: dokumentasi pribadi

Bagian barat terdapat makam-makam perempuan, bagian timur terdapat makam-makam laki-laki, dan bagian tengah adalah makam-makam anak-anak. Setiap area makam terdapat kode areanya sendiri seperti VAK V. kode V: Vrouw (perempuan), M: Man (laki-laki), dan K: Kind (anak-anak), mohon koreksi jika terdapat kesalahan ketik bahasa Belanda. Sebagian besar yang dimakamkan di sini adalah warga sipil korban perang yang ditahan di kamp-kamp tawanan Jepang di Jawa Tengah seperti Ambarawa, Banyubiru, Lampersari, Gedungjati, Karangpanas, dan daerah lainnya.

Penomoran Area
Foto: dokumentasi pribadi

Mungkin Teman Jalan yang sering melewati Ereveld Kalibanteng atau membaca di internet menyangka bahwa Ereveld adalah area makam khusus orang-orang penganut agama Kristen atau Katolik. Sebenarnya di dalam Ereveled Kalibanteng ini dimakamkan warga sipil korban-korban perang dengan agama yang berbeda-beda seperti Islam, Yahudi, dan lainnya walau mayoritasnya adalah Kristiani. Teman Jalan dapat mengetahuinya dengan memperhatikan bentuk nisan yang berbeda-beda. Hanya penganut Budha yang tidak ada makamnya di Ereveld Kalibanteng.

Cara mengidentifikasi mana warga sipil atau tentara dapat dilihat di nisannya. Pada nisan militer biasanya di bawah nama mereka ada pangkat, kesatuan, dan wilayah bertugas. Di Ereveld ini juga terdapat pasukan KNIL dengan berbagai jabatan. Selain pangkat militer, ada juga gelar keagamaan yang tercantum di nisan, di bawah nama korban perang. Bagi mereka gelar keagamaan baik perempuan maupun laki-laki sangat penting pada masa itu.

Nisan yang berbentuk seperti perisai adalah nisan verzamelgraf atau nisan makam massal contohnya Verzamelgraf Ambarawa untuk para korban yang ditampung di kamp interniran Ambarawa, jadi mereka satu per satu meninggal karena tidak dapat hidup layak disebabkan kelaparan dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Di seluruh Indonesia dulunya terdapat 22 ereveld namun diadakan pemakaman kembali sehingga dibagi dalam tujuh ereveld maka banyak verzamelgraf yang berasal dari luar kota Semarang.

Dalam satu nisan makam massal tersebut tercantum beberapa nama karena identifikasi jenasah tidak dapat diketahui jasad tersebut atas nama siapa sehingga dijadikan satu di makam massal tersebut dengan nisan verzamelgraf.

Tahun lahir yang tercantum di nisan juga unik karena hanya mencantumkan dua angka belakang tahun kelahiran dan kematian misalnya 1888 maka hanya dicantumkan 88.

Bentuk-bentuk Nisan
Foto: dokumentasi pribadi

Mbak Tiwi, story teller kami di grup empat, menyampaikan banyak cerita. Saya ambil beberapa cerita yang sangat menarik perhatian saya saja, ya. Kalau Teman Jalan ingin cerita lengkap harap bersabar ikut rute spesial ini tahun berikutnya.

Sebelum bercerita lebih lanjut, saya mau berbagi info etika atau aturan berkunjung di Ereveld Kalibanteng, ini juga berlaku bagi ereveld-ereveld di seluruh Indonesia dan di dunia:
1. Pakailah baju yang sopan/tertutup (celana/rok di bawah lutut, kaos atau kemeja berlengan)
2. Jangan mengunggah foto-foto nisan menampakkan nama. Jika ingin mengunggahnya di media sosial atau media lainnya harap Teman Jalan menutup nama yang tertera pada nisan.
3. Jika ingin berfoto, berposelah sewajarnya.

Teman Jalan berkunjung di makam terhormat jadi mohon sesuaikan dengan etika, ya.

Monumen Perempuan Tak Dikenal

Mereka yang dimakamkan di sini adalah mereka yang wafat pada periode tahun 1942-1945 atau 1946-1960an. Mereka adalah korban-korban perang jadi tidak semua yang dimakamkan di sini adalah tentara saja tapi warga sipil juga. 

Monumen Perempuan Tak Dikenal
Foto: dokumentasi ribadi

Monumen ini bertuliskan De Onbenkend Vrouw adalah perempuan-perempuan yang tak dikenal/tidak diketahui yang artinya penghormatan kepada perempuan atau ibu di luar sana yang meninggal atas kekejaman perang tapi tidak bisa dimakamkan di Ereveld atau belum ditemukan. Selama ini masih dilakukan pencarian oleh pihak Ereveld kalau misalnya ada makam korban perang yang meninggal pada 1942-1945.

Di depan monumen berbentuk peti ini ada besi pendek, Teman Jalan bisa berdiri di dekatnya karena besi tersebut berada tepat di tengah Ereveld Kalibanteng, benar-benar berada di titik pusat. Kalau Teman Jalan mencoba berdiri di dekat besi pendek tersebut maka Teman Jalan dapat melihat semua nisan menghadap ke Teman Jalan, menghadap ke titik pusat monumen ini.

Tokoh Emansipasi Wanita, Menginspirasi namun Menderita

Ada salah satu tokoh wanita yang menginspirasi emansipasi wanita, saya tidak bisa sebut namanya untuk menghormati keluarga beliau. Beliau merupakan satu-satunya panitia wanita di acara world fair Tetonsteling yang diadakan di Semarang pada tahun 1914. Saat itu, beliau berhasil menunjukkan pada teman kerja atau koleganya bahwa beliau dapat berhasil dalam bekerja. Di balik keberhasilannya, ada cerita yang menyedihkan.

Beliau dimasukkan ke kamp interniran sementara pada saat itu beliau memiliki dua anak yang masih kecil. Anak satu dengan kondisi sehat, sedangkan saudaranya sakit. Saat masa perang tidak semua anak-anak dapat bersama ibunya, sehingga beliau dminta memilih salah satu dari anaknya saja. Hal itu sangat sulit dilakukan oleh beliau. Akhirnya beliau memilih anaknya yang sakit dengan pertimbangan saudaranya yang lebih sehat bisa bertahan lebih lama tapi beliau tidak sempat memberikan penjelasan kepada anaknya yang sehat itu mengapa beliau memilih anaknya yang sakit. Anak yang sehat terlanjur sakit hari karena tidak terpilih hingga merasa dibuang sehingga dia tumbuh dengan rasa benci terhadap ibunya dan tidak ingin bertemu dengan ibunya lagi. Tidak lama kemudian, anak yang sakit meninggal maka secara tidak langsung beliau kehilangan kedua anaknya.

Nama Jawa di antara Nama Belanda

Tidak hanya nama Belanda saja yang terdapat di Ereveld Kalibanteng, ada pun nama Jawa seperti gelar Raden Ajeng X (maaf, saya tidak bisa mencantumkan nama untuk menghormati keluarga beliau). Cukup unik karena biasanya keluarga-keluarga kerajaan menganut Islam, Hindu atau Budha namun beliau adalah penganut Kristen dan dapat dimakamkan di Ereveld Kalibanteng. Kemungkinan beliau pernah berafiliasi dengan Belanda kemudian masuk ke kamp interniran tapi belum ada data yang dapat diketahui secara pasti mengenai kehidupan beliau pada masa lalu.

Kenangan Boneka Kecil untuk Adik

Yang menarik tapi ceritanya menyedihkan ada di VAK K (area makam anak-anak). Satu cerita sedih dari seorang anak kecil. Di sebuah nisan terdapat boneka kecil yang sudah lapuk termakan usia. Diceritakan kembali oleh mbak Tiwi bahwa ibu dari adik kecil ini akan pergi dan rencananya adik kecil dan kakaknya ditinggal di rumah dan dijaga oleh pengasuhnya tapi kakaknya bersikeras untuk ikut sehingga mau tidak mau ibunya mengijinkan si kakak untuk ikut. Hanya adik kecil dan pengasuhnya saja yang tinggal di rumah namun sayang di rumah tersebut terjadi penyergapan. Kakaknya sangat menyesal dan akhirnya memberikan boneka kecilnya ke adiknya tersebut.

Nisan Adik Kecil
Foto: dokumnetasi pribadi

Saya merasa ikut sedih dengan cerita ini bahkan sambil menulis ini pun saya masih merasa sedih. Perang memang kejam tidak pandang bulu pada masa pendudukan Jepang. Siapapun menjadi korban. Teman Jalan bisa melihat di bawah nisan itu boneka kecilnya yang sudah lapuk termakan usia.

Monumen Jongenkampens

Monumen Jongenkampens
Foto: dokumentasi pribadi

Monumen ini sebagai perigatan untuk anak-anak yang masih terlalu muda untuk mengalami penderitaan perang hingga meninggal. Jongenkampens diartikan kamp anak-anak atau kamp penampungan anak-anak. Seringnya anak-anak diminta untuk kerja paksa juga. Pada masa itu pekerja tidak banyak jumlahnya sehingga anak-anak pun dipekerjakan sampai kondisi anak-anak kurus kering. Mereka seperti menjadi tawanan perang dengan perlakuan seperti itu.

Makam Islam

Ereveld Kalibanteng juga terdapat makam Islam, makam-makam dari korban pengeboman kilang minyak Sungai Gerong Palembang oleh Jepang. Sungai Gerong merupakan sebuah kilang minyak di daerah Palembang, di mana daerah tersebut masyarakatnya mayoritas penganut Islam. Strategi Jepang saat itu menyerang objek-objek vital salah satunya seperti kilang minyak agar masyarakat yang berada di daerah itu tunduk terhadap Jepang. Sampai sekarang kilang minyaknya masih beroperasi.

Area Makam Islam
Foto: dokumentasi pribadi

Semua nisan menghadap ke titik pusat Ereveld Kalibanteng yaitu di Monumen Perempuan Tak Dikenal namun uniknya hanya nisan-nisan area makam Islam yang menghadap ke kiblat sesuai dengan aturan pemakaman muslim.

Penggantian dan Perawatan Nisan

Dengan banyaknya nisan-nisan berjumlah sekitar 3.000 apakah selalu dibersihkan? Ya, selalu dibersihkan setiap hari. Jika ada nisan yang mulai rusak maka akan diganti dengan yang baru. Saya juga berkesempatan berkunjung di bengkel pembuatan nisan Ereveld Kalibanteng.

Bengkel Nisan

Bengkel Nisan
Foto: dokumentasi pribadi

Nisan-nisan yang rusak diganti dengan yang baru dengan proses pendataan terlebih dahulu, dibentuk sesuai dengan agama yang dianut, dicat, direndam kemudian data identitas ditulis dengan cara tulis tangan. Ada ahli atau pegawai Ereveld yang bertugas khusus sebagai penulis nisan dengan perlengkapan peralatan huruf cetak stensilnya.

Nisan-nisan yang Rusak
foto: dokumentasi pribadi

Antrian Nisan yang Akan Dikerjakan
foto: dokumentasi pribadi

Ruang Tulis Nisan
foto: dokumentasi pribadi

Di bengkel nisan ini juga terdapat banyak tumpukan nisan lama terbuat dari kayu jati. Nisan kayu jati diganti dengan beton agar lebih awet dan lebih kokoh. Nisan-nisan kayu jati ini diproses dan digunakan kembali menjadi jembatan kayu di Ereveld Kalibanteng. Pihak Ereveld mengusung konsep sistem lingkungan berkelanjutan yaitu menggunakan kembali barang-barang yang tidak terpakai seperti nisan kayu jati menjadi jembatan atau potongan pohon tua menjadi bangku-bangku di taman Ereveld.

Tumpukan Nisan Kayu Jati
foto: dokumentasi pribadi

Jembatan Kayu
foto: dokumentasi pribadi

Perawatan Nisan

Nisa-nisan juga dibersihkan setiap hari dengan cara dibasahi lalu dilap agar kotoran tidak menempel di nisan seperti debu apalagi Ereveld Kalibanteng berlokasi tepat di pinggir jalan raya provinsi sehingga setiap hari harus dibersihkan dari debu kendaraan dan jalanan.

Pembersihan Nisan
foto: dokumentasi pribadi

Maaf saya edit dengan menutup nama-nama yang tercantum pada nisan untuk menghargai mereka dan keluarga mereka.

Tidak hanya membersihkan nisan, petugas juga membersihkan barang kenangan yang diberikan di nisan tersebut seperti rosario di salah satu nisan. Rosario akan diambil, dilap, lalu dikalungkan kembali di nisan tersebut. Tidak ada barang kenangan atau pemberian yang hilang atau diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Semua aman.

Tidak sampai di sini saja tapi masih ada hal yang membuat Teman Jalan lebih kagum lagi pada  Ereveld adalah manajamen dokumen atau manajemen filing di mana Teman Jalan dapat menemukan data-data keluarga korban perang tersebut lewat Ereveld. Teman Jalan mungkin berkerabat dekat atau jauh dengan keluarga Belanda yang menjadi korban perang pada periode 1942-1945 dapat mencari data lokasi makamnya melalui data-data di Ereveld manapun itu.

Memang urusan dokumentasi atau filing data di Indonesia termasuk data makam masih jauh kesiapan pengarsiapannya daripada Belanda. Kita masih harus belajar banyak dari mereka. Manajamen filing ini pernah aku bahas di postingan Candi Baru, Teman Jalan bisa membacanya di sana.

Data-data Dokumentasi Ereveld Kalibanteng
Foto: dokumentasi pribadi

Saya sudahi sampai di sini, ya, tentang Ereveld Kalibanteng. Teman Jalan sudah tidak penasaran lagi, kan?. Kapan-kapan luangkan waktu untuk berkunjung sendiri atau berkelompok. Jangan lupa bawa payung, ya, tidak cukup pakai topi karena kunjungan pagi atau siang saat cuaca panas dan bikin gerah di Semarang. Jumpa lain waktu, ya!

Terima kasih atas panduan dan ceritanya, mbak Tiwi!

Mbak Tiwi, Story Teller Bersukariawalk
foto: dokumentasi pribadi


Yuk, ziarah!


Speak Yourself
💜

Komentar