Konseling ke Psikiater (SpKJ) Menggunakan BPJS Kesehatan
Halo, Teman Jalan!
Semoga Teman Jalan selalu sehat, ya. Jaga kesehatan!
Saya mau berbagi informasi tentang alur rujukan ke psikiater (SpKJ) menggunakan BPJS. Siapa tahu Teman Jalan ada yang membutuhkan atau masih bingung dengan alur rujukannya. Ini berdasarkan pengalaman pribadi, ya, nanti bisa menyesuaikan alur rumah sakit rujukan yang dituju setidaknya secara garis besar sama, kok. Untuk informasi detil terkait privasi tidak akan saya bagi.
Kalau Teman Jalan mengalami kondisi mental yang kurang baik bahkan tidak membaik mohon segera konseling ke psikolog atau psikiater, ya. Psikiater yang memiliki hak untuk memberi obat, sedangkan psikolog tidak. Kondisi mental setiap orang berbeda-beda, jadi Teman Jalan juga belajar aware dengan kesehatan sendiri, ya. Teman Jalan yang lebih paham dengan kondisi kesehatan mental sendiri daripada orang lain.
Hal pertama yang bisa Teman Jalan lakukan adalah konsultasi dengan dokter keluarga BPJS, opsi selain dengan dokter keluarga BPJS adalah psikolog atau dokter umum di Puskesmas. Jangan lupa membawa kartu periksa klinik dokter keluarga BPJS/Puskemas dan kartu BPJS. Sabar antri, ya. Saat konsultasi, Teman Jalan ceritakan keluhan dan dengarkan analisa dan arahan dokter, ya. Teman Jalan juga bisa langsung minta rujukan ke psikolog atau psikiater nanti diarahkan untuk menceritakan gejala-gejala yang Teman Jalan alami.
Setelah selesai diagnosa dan arahan dari dokter keluarga BPJS, Teman Jalan ke meja administrasi untuk mencetak surat rujukan. Mbak/mas administrasi nanti menawarkan beberapa pilihan rumah sakit rujukan dan pilihan jadwal prakter dokter SpKJ. Teman Jalan tinggal menyesuaikan rumah sakit mana dan jadwalnya yang cocok.
Surat rujukan dari dokter keluarga BPJS ada masa berlakunya 90 hari sejak diterbitkan, saya harap Teman Jalan memanfaatkannya sebaik mungkin. Kalau Teman Jalan hari ini dapat surat rujukannya tapi baru konseling ke psikolog/psikiater seminggu kemudian nantinya akan mengurangi masa berlakunya, satu minggu yang seharusnya bisa satu kali konseling malah terbuang sia-sia. Mungkin dalam 90 hari bisa 8 kali konseling tapi Teman Jalan hanya bisa 4 kali, manfaatkan masa berlaku surat rujukan semaksimal mungkin. Di surat rujukan itu sudah ada hasil diagnosa dari dokter keluarga BPJS juga jadi nanti psikiater mengembangkan analisa dan hasil diagnosa.
Sebelum ke rumah sakit rujukan yang Teman Jalan pilih silakan persiapkan dokumen asli dan fotokopi:
- Surat Rujukan dari dokter keluarga BPJS/Puskesmas (fotokopi sekalian yang banyak)
- Kartu BPJS
- KTP
- KK
Langkah ke dua, Teman Jalan menyerahkan dokumen yang diberi oleh admin loket pendaftaran BPJS ke loket pendaftaran poliklinik. Langkah ini nanti menyesuaikan rumah sakit masing-masing, ya. Kalau bingung beranikan tanya ke bagian pelayanan informasi atau ke loket pendaftaran BPJS sebelum beranjak dari loketnya. Setelah menyerahkan dokumen ke loket pendaftaran poliklinik, Teman Jalan tinggal menunggu di ruang tunggu sekitar poli psikiatri. Teman Jalan hanya menunggu untuk dipanggil nama atau nomor antriannya.
Saatnya konseling!. Teman Jalan cukup menceritakan keluhan Teman Jalan selama ini, jawab yang jujur dengan dokter SpKJ jika ditanya-tanya, ya. Teman Jalan boleh nangis sepuasnya, tetap fokus kalau lagi nangis masih ditanya-tanya oleh dokter SpKJ. Kalau Teman Jalan pernah konseling dengan psikolog harap disampaikan juga diagnosa psikolog dan perkembangan yang kalian rasakan. Oh iya, karena Teman Jalan pakai BPJS harap bersabar kalau antrian banyak dan konselingnya terasa cepat. Tidak apa-apa, yang penting Teman Jalan sudah mendapat bantuan profesional yang tepat untuk membantu kondisi mental Teman Jalan.
Setelah konseling, Teman Jalan menunggu surat kontrol untuk konseling selanjutnya (jika memang diperlukan sesuai arahan dokter) dan resep obat. Simpan baik-baik surat kontrolnya, ya. Langkah selanjutnya, Teman Jalan menyerahkan resep obat ke loket farmasi. Tunggu nama kalian dipanggil untuk menerima nomor antrian, di rumah sakit yang saya kunjungi nomor antrian farmasi dibagi dua yaitu nomor antrian untuk obat racikan dan nonracikan. Kalau Teman Jalan sudah dapat nomor antrian, silakan tunggu sampai nomor antrian Teman Jalan dipanggil, ya. Sabar menunggu apalagi menggunakan BPJS Kesehatan, hehe. Bawa buku bacaan biar tidak bosan.
Saat mengambil obat nanti ada verifikasi nama dan alamat rumah Teman Jalan oleh petugas farmasi dan akan mendapat buku obat (saat pertama kali konseling atau saat konseling berikutnya, bisa ditanyakan ke farmasi saat ambil obat). Buku obat ini berfungsi sebagai jurnal obat Teman Jalan sebagai pasien BPJS agar Teman Jalan tahu obat apa saja yang diberikan, jadi baik dari dokter, pihak rumah sakit, dan Teman Jalan saling mengetahui.
Buku Obat Peserta BPJS Kesehatan foto: dokumentasi pribadi |
Selesai! Biaya 0 Rupiah! Hanya modal sabar mengantri.
Teman Jalan mohon pengertiannya, ya, jika sedang berada di rumah sakit lebih baik tidak memfoto atau memvideo sekitar agar tidak mengganggu privasi orang lain. Belajar menghargai privasi pasien lain, dokter, dan staf rumah sakit juga. Tidak semua hal di rumah sakit harus diunggah di media sosial. Lebih baik jadikan kunjunganmu ke rumah sakit sebagai kesempatan menikmati waktu kalian, me time.
Untuk kontrol berikutnya (jika memang disarankan untuk konseling lanjutan), Teman Jalan bawa dokumen-dokumen untuk ke loket pendaftaran BPJS:
- Surat pengantar kontrol asli
- Fotokopi surat rujukan
- Fotokopi kartu BPJS
- Fotokopi KTP
- Fotokopi KK
Jangan lupa bawa Buku Obat saat ambil obat di loket farmasi untuk ditempeli keterangan detil resep obat Teman Jalan oleh petugas farmasi.
Infromasi tambahan, jika Teman Jalan akan konseling untuk ke dua kali dan seterusnya lebih baik ambil antrian online (reservasi) di aplikasi rumah sakit, ini tergantung dari rumah sakitnya apakah punya aplikasi atau tidak. Jika sudah dapat nomor antrian online, Teman Jalan bisa langsung menaruh dokumen-dokumen yang ada surat pengantar kontrol asli di loket pendaftaran BPJS, tidak perlu ambil nomor antrian pendaftaran BPJS lagi. Silakan menunggu nama Teman Jalan dipanggil.
Rajin minum obat, ya, biar pulih. Jika mengalami ketidaknyamanan setelah minum obat tertentu, Teman Jalan konsultasikan ke dokter SpKJ agar bisa mengevaluasi lagi obatnya. Jangan takut minum obat, belum apa-apa sudah takut minum obat duluan karena pengaruh dari informasi "katanya..." atau bacaan yang kurang jelas sumbernya.
Kalau Teman Jalan merasa mampu membayar secara mandiri, silakan 😊 yang terpenting adalah usahakan agar bisa konseling kalau kondisi kurang baik sampai mengganggu aktivitas harian.
Teman Jalan jangan merasa minder atau tidak percaya diri datang menemui psikiater, tidak apa-apa meminta bantuan kepada profesional jika memang Teman Jalan sudah tidak sanggup menanggung kondisi kesehatan mental Teman Jalan. Tidak ada yang salah dengan meminta bantuan profesional karena memang itu yang Teman Jalan perlukan.
Saya juga di sini ingin menyampaikan bahwa kita belajar bersama-sama, ya, belajar empati terhadap orang terdekat, teman, atau orang lain yang sedang mengalami kondisi mental yang kurang baik. Mungkin cara Teman Jalan mengatasi kondisi yang kurang baik dengan jalan-jalan, karaoke, membuat vlog, yoga, meditasi, atau kegiatan lain bisa memulihkan Teman Jalan tapi belum tentu pada orang-orang yang sedang mengalami kondisi kesehatan mental yang kurang baik sampai tidak baik sama sekali. Dengarkan mereka tanpa perlu menilai atau memberi saran yang kuran tepat pada akhirnya tidak memperbaiki keadaan. Jika ada pemikiran untuk menyakiti diri sendiri, saya benar-benar berharap Teman Jalan atau siapapun yang berhubungan dengan Teman Jalan segera konseling, ya.
Kesadaran akan kesehatan mental bukan lagi fenomena, tapi sudah menjadi kesadaran bersama. Masyarakat makin melek (baca: terbuka) dengan kesehatan mental 😊. Ada juga buku terjemahan yang menceritakan pengalaman konseling dengan psikiater, judul bukunya I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki seri 1 dan 2 karya Baek Se Hee. Di buku tersebut banyak menceritakan dialog penulis dengan psikiater, efek obat dan konsultasi obat, kehidupan sosial, dan kehidupan pribadi penulis. Rekomendasi buku bacaan untuk Teman Jalan.
Buku I Want to Die bur I Want to Eat Tteopokki foto: dokumentasi pribadi |
Selalu jaga kesehatan, ya. Teman Jalan tidak sendirian. Menangis jika ingin menangis. Tidak apa-apa, tidak ada yang salah dengan meminta bantuan profesional seperti psikiater.
Terima kasih untuk diri sendiri yang mau bertahan sejauh ini, belajar aware terhadap diri sendiri, dan belajar empati.
Terima kasih untuk kalian yang sudah bertahan sejauh ini, yang akan atau sedang menjalani konseling/medical treatment, yang mau belajar aware terhadap diri sendiri, dan belajar empati.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Peluk diri kalian
Terima kasih, ya!
Yuk, semangat pulih bersama!
Love yourself
Speak yourself
💜
Komentar
Posting Komentar