Minum 'Kotoran' Luwak di Borobudur

Teman Jalan!
Saya kangen kalian 😘 Semoga kalian sehat selalu, ya!

Minggu, 23 Februari 2020 saya piknik ke Borobudur, bukan ke Candi Borobudur, saya seruput-seruput minum 'kotoran' Luwak. Loh minum 'kotoran' Luwak 😲? Serius? Serius!

PAWON LUWAK COFFEE

Pawon Luwak Coffe
foto: dokumentasi pribadi

Lokasinya dekat dengan Candi Pawon, tetangganya Candi Pawon karena hanya butuh berjalan kaki 5 menit ke Candi Pawon maka dinamakan Pawon Luwak Coffee. Awal masuk disambut dengan banyak tampah berisi biji kopi yang dijemur, ada biji yang masih menggumpal dalam bentuk feses, sesudah dicuci, dan dijemur siap untuk diproses menjadi kopi.

Konsep yang diusung oleh Pawon Luwak Coffee adalah wisata edukasi dimana wisatawan dapat melihat proses pengolahan kopi Luwak dari gumpalan biji dalam feses hingga kopi disajikan siap minum.

Biji-biji Kopi yang Dijemur
foto: dokumentasi pribadi

Saya penasaran apakah gumpalan feses yang ada banyak biji kopinya itu berbau atau tidak, saya beneran mencium baunya daripada saya penasaran sampai rumah. Teman-teman memandang saya dengan wajah jijik, haha, ternyata sama sekali tidak berbau 😁

Gumpalan Biji Kopi pada Feses Luwak
foto: dokumentasi pribadi

Biji-biji Kopi Setelah Dicuci
foto: dokumentasi pribadi

Kopi yang saya minum berasal dari feses Luwak, Luwak hanya memakan buah kopi yang sudah matang lalu setelah dicerna maka bijinya keluar bersama feses. Pawon Luwak Coffee mendapatkan biji kopi Luwak tersebut dari daerah Sukorejo, Gunung Ungaran, dan Sindoro karena di sana masih banyak Luwak liar dan ada petani khusus kopi Luwak. Petani di daerah tersebut memasok biji-biji Kopi Luwak satu kali dalam sebulan. Kopi Luwak menjadi kopi termahal di dunia karena jumlahnya yang terbatas.

Teman Jalan bisa melihat binatang Luwak di bagian tengah area Pawon Luwak Coffee, hanya saja Teman Jalan tidak bisa melihat proses mereka memakan biji kopi karena Luwak di sini hanya untuk media pengetahuan saja. Ada fakta menarik tentang Luwak selain mereka memiliki harum pandan, jika mereka sudah menemukan titik untuk membuang feses maka selanjutnya mereka akan membuang fesesnya di titik yang sama, tidak pernah berpindah titik. Kalau kalian mencium harum pandan di sekitar kandang Luwak itu adalah harum mereka.

Luwak
foto: dokumentasi pribadi

Pemilik Pawon Luwak Coffee, Prana Aji, memiliki hobi minum kopi dan nongkrong di warung kopi. Dari hobi inilah Pak Aji memiliki ide untuk membuat 'warung kopi' yang khas yaitu kopi Luwak dan merealisasikannya pertama kali pada 11 Desember 2013. Pak Aji menampilkan sesuatu yang khas dengan mengusung tema edukasi. Hobi jadi bisnis, semoga bisa menginspirasi Teman Jalan juga.

Prana Aji
foto: dokumentasi pribadi

Wisawatan domestik dan asing datang dan mencicipi kopi Luwak di sini. Biasanya mereka datang setelah mengunjungi Borobudur terutama pada pagi hari setelah menikmati momen sunrise di Candi Borobudur. Menurut Pak Aji, wisatawan Tiongkok, Hongkong, dan Taiwan sangat menyukai kopi Luwak dan menyebutnya dengan kopi 'Ong' karena menurut kepercayaan kopi ini dapat mendatangkan keberuntungan bagi mereka.

Hebatnya lagi Pawon Luwak Coffee memiliki 5 karyawan yang bertugas untuk menjelaskan proses kopi Luwak kepada para wisatawan asing dengan bahasa asing asal wisatawan yang mereka pelajari secara otodidak walau belum sempurna. Mereka dapat berbicara bahasa Jepang, Jerman, Korea dan beberapa bahasa asing lainnya. Jangan khawatir jika Teman Jalan mengajak teman asing ke sini karena karyawannya siap membantu.

Kopi Luwak
foto: dokumentasi pribadi

Harga secangkir kopi Luwak Rp 50.000. Jika Teman Jalan tertarik untuk minum di rumah, Pawon Luwak Coffee juga menyediakan kopi Luwak beans dan ground Arabica dan Robusta yang dijual dalam kemasan 50 gram dan 100 gram.

Teman Jalan bisa ngopi di bagian belakang area Pawon Luwak Coffee di pendopo bergaya joglo. Tidak hanya itu ada juga dua gasibu dan meja taman untuk bersantai menikmati kopi Luwak. Sayangnya, jika beberapa rombongan wisatawan dalam jumlah banyak datang bersamaan, areanya belum cukup luas untuk menampung wisatawan. Semoga tempatnya bisa diperluas lagi sehingga bisa menampung banyak wisatawan.

Pendopo
foto: dokumentasi pribadi

Selain itu, belum disediakan makanan pendamping kopi contohnya jajanan pasar atau menu kue untuk dipesan, saat ini Pawon Luwak Coffee hanya menyajikan keripik pisang dan keripik singkong untuk cemilan. Jadi Teman Jalan siap cemilan atau jajanan sendiri ya kalau ngopi di sini, hehe.

Rekomendasi banget untuk Teman Jalan yang suka dan mau seruput kopi Luwak di sekitar Borobudur, tapi saya sarankan datang saat pagi hari karena selain suasana pedesaannya yang masih lengang ya menghindari rombongan wisatawan dalam jumlah banyak.

Teman Jalan bingung sebelum atau sesudah ngopi mau berkegiatan apa? Jangan bingung, jangan gundah gulana, Pak Aji melalui Pawon Luwak Coffee juga menyediakan jasa wisata naik VW Safari berkeliling Borobudur, Teman Jalan cukup menyesuaikan waktu dan biaya tentunya 👍.

Teman Jalan yang suka ngopi, aku tunggu ajakan ngopinya!
Seruput~




Speak Yourself
💜